ANTIBIOTIK
A.
Definisi
Antibiotik
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan
ataumenghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk
kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay
& Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh
mikroorganisme, yang dalam jumlah kecik dapat menghambat pertumbuhan atau
membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji, 2008).
B.
Klasifikasi
Antibiotik
Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan dan mekanisme
kerjanya adalah sebagai berikut:
1.
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri, termasuk golongan
β-laktam misalnya, penisilin, sefalosporin, dan carbapenem dan bahan lainnya
seperti cycloserine, vankomisin, dan bacitracin.
2.
Antibiotik yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme, meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraseluler, termasuk deterjen
seperti polimiksin, anti jamur poliena misalnya, nistatin dan amfoterisin B yang
mengikat sterol dinding sel dan daptomycin lipopeptide.
3.
Antibiotik yang mengganggu fungsi subunit ribosom 30S atau 50S untuk menghambat
sintesis protein secara reversibel, yang pada umumnya merupakan bakteriostatik
misalnya, kloramfenikol, tetrasiklin,eritromisin, klindamisin, streptogramin
dan linezolid.
4.
Antibiotik berikatan pada subunit ribosom 30S dan mengganggu sintesis protein
yang pada umumnya adalah bakterisida, misalnya aminoglikosida.
5.
Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri, seperti
rifamycin misalnya, rifampisin dan rifabutin yang menghambat enzim RNA
polimerase dan kuinolon yang menghambat enzim topoisomerase.
6.
Antimetabolit, seperti trimetoprim dan sulfonamid, yang menahan enzim - enzim
penting dari metabolisme folat (Goodman Gillman).
Menurut Stephens (2011), walaupun terdapat hampir
100 antibiotik namun mayoritasnya terdiri dari beberapa golongan. Golongan-golongan
tersebut adalah :
1. Golongan
penisilin.
Penisilin merupakan antara antibiotik yang paling
efektif dan paling kurang toksik. Penisilin mengganggu reaksi transpeptidasi
sintesis dinding sel bakteri.
2.
Golongan sefalosporin.
Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh
karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman gram
positif dan gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing
antibiotik sangat beragam,
3.
Golongan tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang
bersifat bakteriostatik yang menghambat sintesis protein. Golongan ini aktif
terhadap banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Tetrasiklin merupakan
obat pilihan bagi infeksi Mycoplasma pneumonia, chlamydiae dan rickettsiae.
Tetrasiklin diabsorpsi di usus halus dan berikatan dengan serum protein.
Tetrasiklin didistribusi ke jaringan dan cairan tubuh yang kemudian diekskresi
melalui urin dan empedu (Katzung, 2007).
4.
Golongan aminoglikosida
Aminoglikosida termasuk streptomisin, neomisin,
kanamisin dan gentamisin. Golongan ini digunakan untuk bakteri gram negatif
enterik. Aminoglikosida merupakan penghambat sintesis protein yang ireversibel
(Katzung, 2007).
5.
Golongan makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin
dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien
yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Antara
obat dalam golongan ini adalah eritromisin. Eritromisin efektif terhadap
bakteri gram positif (Katzung, 2007).
6.
Golongan sulfonamida dan trimetropim
Sulfonamida menghambat bakteri gram positif dan gram
negatif. Trimetropim menghambat asam dihidrofolik reduktase bakteri. Kombinasi
sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis
dan prostatitis (Katzung, 2007). 7. Golongan flurokuinolon
Flurokuinolon merupakan golongan antibiotik yang
terbaru. Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini adalah ciprofloksasin
(emedicineheath, 2011).
C.
Prinsip-prinsip
Penggunaan Antibiotik
Prinsip-prinsip penggunaan antibiotik yang perlu
diperhatikan, menurut Southwick, 2007 :
a.
penegakan diagnosis infeksi perlu dibedakan antara infeksi bakterial dan
infeksi viral. b. dalam setiap kasus infeksi berat, jika memungkinkan lakukan
pengambilan spesimen untuk diperiksa di laboratorium.
c.
selama menunggu hasil kultur, terapi antibiotik empiris dapat diberikan kepada
pasien yang sakit berat.
d.
pertimbangkan penggunaan antibiotik dalam terapi kasus gastroenteritis atau
infeksi kulit, karena kedua jenis infeksi tersebut jarang memerlukan
antibiotik.
e.
pemilihan antibiotik harus mempertimbangkan dosis dan cara pemberian obat.
f.
nilai keberhasilan terapi secara klinis atau secara mikrobiologis dengan kultur
ulang.
g.
kombinasi antibiotik baru diberikan jika:
-
terdapat infeksi infeksi campuran.
-
pada kasus endokarditis karena Enterococcus dan meningitis karena Cryptococcus.
-
untuk mencegah resistensi mikroba terhadap monoterapi.
-
jika sumber infeksi belum diketahui dan terapi antibiotik spektrum luas perlu
segera diberikan karena pasien sakit berat.
-
jika kedua antibiotik yang dipergunakan dapat memberi efek sinergisme.
h.
antibiotik dapat digunakan untuk profilaksis (pencegahan infeksi).
i.
perhatikan pola bakteri penyebab infeksi nosokomial setempat. Di Indonesia
untuk meningkatkan penggunaan antibiotik yang rasional telah dibentuk Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA).
D.
Resistensi
Resistensi antimikrobial merupakan resistensi
mikroorganisme terhadap obat antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme
yang resisten (termasuk bakteri, virus, dan beberapa parasit) mampu menahan
serangan obat antimikroba, seperti antibiotik, antivirus, dan lainnya, sehingga
standar pengobatan menjadi tidak efektif dan infeksi tetap persisten dan
mungkin menyebar (Goodman Gillman).
Resistensi antibiotik bisa terjadi karena di dapat
atau bawaan. Pada resistensi bawaan, semua spesies bakteri bisa resisten
terhadap suatu obat sebelum bakteri kontak dengan obat tersebut. Secara klinis
resistensi yang di dapat merupakan hal yang serius, dimana bakteri yang pernah
sensitif terhadap suatu obat menjadi resisten. Resistensi silang juga dapat
terjadi antara obat-obat antibiotik yang mempunyai kerja yang serupa (Michael,
2006)
Mekanisme resistensi adalah terjadinya perubahan tempat
kerja obat pada mikroba, mikroba menurunkan permeabilitas membrane, inaktivasi
obat oleh mikroba, mikroba membentuk jalan pintas yang dihambat oleh obat, meningkatkan
produksi enzim yang dihambat obat.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar.